- Abad
Ke-16 – Pemerintahan Belanda mengadakan upaya pemberantasan cacar dan
kolera yang sangat ditakuti masyarakat pada waktu itu. Sehingga berawal
dari wabah kolera tersebut maka pemerintah Belanda pada waktu itu
melakukan upaya-upaya kesehatan masyarakat.
- Tahun
1807 – Pemerintahan Jendral Daendels, telah dilakukan pelatihan dukun bayi
dalam praktek persalinan. Upaya ini dilakukan dalam rangka upaya penurunan
angka kematian bayi pada waktu itu, tetapi tidak berlangsung lama, karena
langkanya tenaga pelatih.
- Tahun
1888 – Berdiri pusat laboratorium kedokteran di Bandung, yang kemudian
berkembang pada tahun-tahun berikutnya di Medan, Semarang, surabaya, dan
Yogyakarta. Laboratorium ini menunjang pemberantasan penyakit seperti
malaria, lepra, cacar, gizi dan sanitasi.
- Tahun
1925 – Hydrich, seorang petugas kesehatan pemerintah Belanda mengembangkan
daerah percontohan dengan melakukan propaganda (pendidikan) penyuluhan
kesehatan di Purwokerto, Banyumas, karena tingginya angka kematian dan
kesakitan.
- Tahun
1927 – STOVIA (sekolah untuk pendidikan dokter pribumi) berubah menjadi
sekolah kedokteran dan akhirnya sejak berdirinya UI tahun 1947 berubah
menjadi FKUI. Sekolah dokter tersebut punya andil besar dalam menghasilkan
tenaga-tenaga (dokter-dokter) yang mengembangkan kesehatan masyarakat
Indonesia
- Tahun
1930 – Pendaftaran dukun bayi sebagai penolong dan perawatan persalinan
- Tahun
1935 – Dilakukan program pemberantasan pes, karena terjadi epidemi, dengan
penyemprotan DDT dan vaksinasi massal.
- Tahun
1951 -Diperkenalkannya konsep Bandung (Bandung Plan) oleh Dr.Y. Leimena
dan dr Patah (yang kemudian dikenal dengan Patah-Leimena), yang intinya
bahwa dalam pelayanan kesehatan masyarakat, aspek kuratif dan preventif tidak dapat dipisahkan. konsep ini kemudian diadopsi
oleh WHO. Diyakini bahwa gagasan inilah yang kemudian dirumuskan sebagai
konsep pengembangan sistem pelayanan kesehatan tingkat primer dengan
membentuk unit-unit organisasi fungsional dari Dinas Kesehatan Kabupaten
di tiap kecamatan yang mulai dikembangkan sejak tahun 1969/1970 dan
kemudian disebut Puskesmas.
- Tahun
1952 – Pelatihan intensif dukun bayi dilaksanakan
- Tahun
1956 – Dr.Y.Sulianti mendirikan “Proyek Bekasi” sebagai proyek
percontohan/model pelayanan bagi pengembangan kesehatan masyarakat dan
pusat pelatihan, sebuah model keterpaduan antara pelayanan kesehatan
pedesaan dan pelayanan medis.
- Tahun
1967 – Seminar membahas dan merumuskan program kesehatan masyarakat
terpadu sesuai dengan masyarakat Indonesia. Kesimpulan seminar ini adalah
disepakatinya sistem Puskesmas yang terdiri dari Puskesmas tipe A, tipe B,
dan C.
- Tahun
1968 – Rapat Kerja Kesehatan Nasional, dicetuskan bahwa Puskesmas adalah
merupakan sistem pelayanan kesehatan terpadu, yang kemudian dikembangkan
oleh pemerintah (Depkes) menjadi Pusat Pelayanan Kesehatan Masyarakat
(Puskesmas). Puskesmas disepakati sebagai suatu unit pelayanan kesehatan
yang memberikan pelayanan kuratif dan preventif secara terpadu, menyeluruh
dan mudah dijangkau, dalam wilayah kerja kecamatan atau sebagian kecamatan
di kotamadya/kabupaten.
- Tahun
1969 : Sistem Puskesmas disepakati dua saja, yaitu tipe A (dikepalai
dokter) dan tipe B (dikelola paramedis). Pada tahun 1969-1974 yang dikenal
dengan masa Pelita 1, dimulai program kesehatan Puskesmas di sejumlah
kecamatan dari sejumlah Kabupaten di tiap Propinsi.
- Tahun
1979 Tidak dibedakan antara Puskesmas A atau B, hanya ada satu tipe
Puskesmas saja, yang dikepalai seorang dokter dengan stratifikasi
puskesmas ada 3 (sangat baik, rata-rata dan standard). Selanjutnya
Puskesmas dilengkapi dengan piranti manajerial yang lain, yaitu Micro
Planning untuk perencanaan, dan Lokakarya Mini (LokMin) untuk pengorganisasian kegiatan dan pengembangan
kerjasama tim.
- Tahun
1984 Dikembangkan program paket terpadu kesehatan dan keluarga berencana
di Puskesmas (KIA, KB, Gizi, Penaggulangan Diare, Immunisasi)
- Awal
tahun 1990-an Puskesmas menjelma menjadi kesatuan organisasi kesehatan
fungsional yang merupakan pusat pengembangan kesehatan masyarakat yang
juga memberdayakan peran serta masyarakat, selain memberikan pelayanan
secara menyeluruh dan terpadu kepada masyarakat di wilayah kerjanya dalam
bentuk kegiatan pokok.
Kesehatan Masyarakat
Selasa, 29 November 2016
Sejarah Kesehatan Masyarakat di Indonesia
Demam Tifoid
Demam tifoid (Typhoid fever) adalah jenis
penyakit yang berkaitan dengan demam karena
adanya infeksi bakteri yang menyebar ke seluruh tubuh dan mempengaruhi banyak
organ. Tanpa pengobatan yang tepat maka penyakit ini dapat menyebabkan
komplikasi serius dan bisa berakibat fatal. Orang awan menyebutnya dengan demam tifus atau tipes, disebabkan oleh bakteri yang
disebut Salmonella typhi, juga berhubungan dengan bakteri yang menyebabkan
keracunan makanan salmonella.
Demam tifoid sangat menular. Orang yang
terinfeksi bisa menularkan bakteri dari tubuh mereka misalnya melalui feses
atauyang paling jarang dalam urin mereka. Jika orang lain makan makanan atau
minum air yang telah terkontaminasi dengan sejumlah kecil kotoran atau urine
yang terinfeksi, mereka dapat terinfeksi dengan bakteri dan berkembang menjadi
demam tifoid.
Gejala Demam Tifoid
Gejala demam tifoid biasanya berkembang satu
atau dua minggu setelah seseorang terinfeksi dengan bakteri Salmonella typhi.
Dengan pengobatan, gejala demam tifoid meningkat dalam waktu tiga sampai lima
hari.
Jika demam tifoid tidak diobati, kondisi
biasanya semakin memburuk selama beberapa minggu dan ada risiko yang signifikan
bahwa komplikasi yang mengancam jiwa dapat terjadi. Tanpa pengobatan, akan
memakan waktu berminggu-minggu atau bahkan berbulan-bulan untuk sepenuhnya
pulih dan gejala dapat kembali.
Gejala umum dari demam tifoid dapat mencakup:
-
suhu
tinggi yang bisa mencapai 39-40 °C.
-
sakit kepala.
-
nyeri otot.
-
sakit
perut.
-
perasaan
sakit.
-
kehilangan
nafsu makan.
-
sembelit
atau diare (dewasa cenderung mendapatkan sembelit dan
anak-anak cenderung mendapatkan diare).
-
ruam
terdiri dari bintik-bintik merah muda kecil.
-
kelelahan.
-
kebingungan,
seperti tidak tahu di mana Anda berada atau apa yang terjadi di sekitar Anda.
-
Pengobatan Demam
Tofoid
Demam tifoid biasanya dapat berhasil diobati
dengan pengobatan antibiotik. Dalam kebanyakan kasus, penyakit ini dapat
diobati di rumah, tapi rumah sakit mungkin diperlukan jika kondisinya parah.
Perawatan di Rumah
Jika demam tifoid didiagnosis pada tahap awal,
sederet tablet antibiotik dapat diresepkan untuk Anda. Kebanyakan orang perlu
mengkonsumsi ini selama 7-14 hari. Beberapa strain bakteri Salmonella typhi
yang menyebabkan demam tifoid telah resistensi terhadap satu atau lebih jenis
antibiotik. Ini menjadi masalah khususnya peningkatan dalam infeksi tifoid yang
berasal di Asia Tenggara.
Oleh karena itu, setiap darah, tinja atau urin
sampel yang diambil selama diagnosis, biasanya akan diuji di laboratorium
sehingga Anda dapat diobati dengan antibiotik yang tepat. Gejala seharusnya
mulai membaik dalam 2-3 hari minum antibiotik, tapi sangat penting bahwa Anda menyelesaikan
seluruh pengobatan untuk membantu memastikan bakteri benar-benar dikeluarkan
dari tubuh Anda.
Pastikan bahwa Anda beristirahat, minum banyak
cairan dan makan makanan biasa. Anda mungkin dapat mentolerir makan kecil,
makan lebih sering daripada tiga kali makan besar dalam sehari. Anda juga harus
berhati-hati dalam kebersihan personal, seperti rutin mencuci tangan dengan
sabun dan air hangat, untuk mengurangi risiko penyebaran infeksi kepada orang
lain. Hubungi dokter sesegera mungkin jika gejala bertambah buruk atau jika
Anda terkena gejala baru saat dirawat di rumah. Dalam beberapa kasus gejala
ringan atau infeksi bisa kambuh. Hal ini dikenal sebagai relaps.
Kebanyakan orang yang dirawat karena demam tifoid dapat kembali
bekerja atau sekolah segera setelah mereka mulai merasa lebih baik.
Pengecualian untuk ini adalah orang-orang yang bekerja dengan makanan dan orang
yang rentan terhadap penyakit seperti anak-anak di bawah 5 tahun, orang tua dan
orang-orang dalam kesehatan yang buruk. Dalam kasus ini, Anda hanya dapat
kembali bekerja setelah tes pada tiga sampel tinja diambil pada interval
mingguan telah menunjukkan bahwa bakteri tidak lagi ada.
Perawatan di Rumah Sakit.
Pengobatan penyakit demam tofid di rumah sakit
biasanya dianjurkan jika Anda memiliki gejala yang parah, seperti muntah terus
menerus, diare berat atau perut bengkak. Sebagai tindakan pencegahan, anak-anak
yang mengalami demam tifoid juga dapat dirawat di rumah sakit. Di rumah sakit,
Anda akan diberikan suntikan antibiotik dan Anda juga dapat diberikan cairan
dan nutrisi langsung ke pembuluh darah (melalui infus).
Jika penyakit ini berkembang ke arah yang lebih serius
(komplikasi) seperti perdarahan internal atau bagian dari sistem pencernaan
Anda, pembedahan mungkin diperlukan. Namun, hal ini sangat jarang terjadi pada
orang yang diobati dengan antibiotik. Kebanyakan orang merespon dengan baik
untuk perawatan rumah sakit, dan membaik dalam waktu tiga sampai lima hari.
Namun, mungkin beberapa minggu sampai Anda cukup sehat untuk meninggalkan rumah
sakit.
Demam Tifoid Kambuh (Relaps).
Beberapa orang yang dirawat dapat karena demam
tifoid kambuh atau gejala kembali lagi. Dalam kasus ini, gejala biasanya
kembali sekitar satu minggu setelah pengobatan antibiotik selesai. Gejala
biasanya ringan dan terakhir untuk jumlah waktu yang lebih singkat daripada
penyakit awalnya, tapi perawatan lebih lanjut dengan antibiotik biasanya
dianjurkan. Hubungi dokter sesegera mungkin jika gejala Anda kembali setelah
perawatan.
Setelah gejala penyakit ini berlalu, Anda harus melalkukan tes
untuk memeriksa apakah masih ada bakteri Salmonella typhi dalam tinja Anda.
Jika ada, itu mungkin Anda telah menjadi pembawa (carrier) infeksi tifoid dan
Anda mungkin harus mengkonsumsi antibiotik selama 28 hari selanjutnya untuk
menghancurkan dan mengeluarkan bakteri ini.
1 dari setiap 20 orang yang bertahan hidup demam tifoid tanpa
diobati akan menjadi pembawa infeksi. Ini berarti bakteri Salmonella typhi
terus hidup dalam tubuh penderita dan dapat menyebar secara normal di feses
atau urin, tapi carrier tidak memiliki gejala yang terlihat seperti gejala pada
penderita demam tifoid.
Hubungan Wisata Sosial Budaya Bahari dengan Kesehatan Masyarakat
Indonesia merupakan
suatu Negara atau bangsa yang memiliki banyak gugusan-gugusan pulau baik
pulau-pulau besar maupun pulau-pulau kecil. Indonesia sebagai Negara kepulauan
memiliki lima pulau besar yaitu Sumatera, Jawa, Kalimantan, Sulawesi dan Irian
Jaya. Adapun pulau-pulau kecil yang sangat banyak seperti Bali, Maluku, dan
sebagainya. Pulau – pulau ini dibatasi oleh perairan atau yang disebut laut.
Setiap pulau mempunyai
batas-batasnya masing-masing. Wilayah lautan sendiri dibagi menjadi beberapa
kategori seperti, laut teritorial, wilayah laut zona bersebelahan, wilayah laut
zona ekonomi ekslusif (ZEE), dan wilayah laut batas dunia. Dengan adanya
wilayah lautan dan batas-batasnya, maka setiap pulau dapat menggali kekayaan
alam di setiap pulau dan melakukan kegiatan ekonomi. Tidak heran, bahwa masih
banyak pulau-pulau kecil yang saling melakukan kegiatan ekonomi yang pada
umumnya menerapkan sistem barter atau tukar-menukar. Hal ini dapat memberika
peluang besar bagi setiap orang dalam
kegiatan perekonomian.
Pada umumnya, wisata sosial budaya
bahari berbicara tentang lingkungan keadaan laut dan lingkungan yang ada di
sekitarnya. Keadaan laut yang dimaksud adalah keadaan baik atau buruknya laut
itu sendiri. Sebagai sumber kehidupan, laut memberikan potensi yang sangat
besar. Salah satunya melalui ikan. Dengan memanfaatkan ikan, para nelayan dapat
memberikan peluang yang besar dan memenuhi kebutuhan hidup. Tidak hanya melalui
ikan saja, tapi laut yang kaya akan biota-biota lautnya seperti terumbu karang,
rumput laut, ikan hias maupun biota laut lainnya dapat memberi peluang besar
dalam bidang wisata.
Kesehatan masyarakat adalah suatu
program kesehatan yang memandang atau melihat penuh keadaan dalam suatu
masyarakat. Seseorang yang terjun dalam bidang kesehatan tidak hanya memandang
atau melihat keadaan suatu masyarakat, tetapi memberikan jalan keluar atau
solusi dalam setiap masalah-masalah kesehatan yang timbul dalam masyarakat
tersebut. Dalam bidang ini pula, kesehatan masyarakat mempunyai dua fungsi
yaitu untuk mencegah dan promosi kesehatan.
Bila dihubungkan antara wisata
sosial budaya bahari dengan kesehatan masyarakat, maka kita dapat melihat
peranan penting seorang kesehatan masyarakat menangani masalah-masalah
kesehatan masyarakat yang ada di lingkungan sekitar pantai dan laut. Seorang
kesehatan masyarakat akan melihat sejauh mana masalah kesehatan itu bergerak
dan penyebab bahkan akibat yang ditimbulkan dari masalah kesehatan tersebut.
Melihat suatu masalah kesehatan yang terjadi, maka seorang kesehatan masyarakat
juga akan memberikan solusi untuk mencegah timbulnya masalah kesehatan tersebut
bahkan masalah kesehatan yang lainnya.
Lingkungan
perairan atau kelautan sangat berkaitan erat dengan wilayah pesisir dan
masyarakatnya Wilayah pesisir merupakan wilayah peralihan antara laut dan
daratan, ke arah darat mencakup daerah yang masih terkena pengaruh percikan air
laut atau pasang surut, dan ke arah laut meliputi daerah paparan benua (continental
shelf). Beatley et al. (1994), Dahuri dkk (2001). Sedangkan masyarakat pesisir
merupakan sekumpulan masyarakat yang hidup bersama-sama mendiami wilayah
pesisir.
Biasanya,
pengelolaan sumber kekayaan laut dikelolah oleh masyarakat pesisir dan nelayan.
Masyarakat pesisir sendiri menghadapi berbagai masalah seperti masalah air
bersih, sampah, air limbah dan masalah penyakit tular vektor. Keadaan laut yang
sudah berisi sampah, tidak dapat memberikan peluang bagi masyarakat pesisir
untuk mengelolah biota-biota laut yang ada karena sudah tercemar dengan sampah
itu sendiri.
Melihat
keadaan yang seperti ini, maka ada
alasan yang harus diperhatikan mengapa Indonesia perlu mengubah
paradigma kehidupan Negara menuju Negara maritim, yaitu bahwa Indonesia
merupakan Negara kepulauan terbesar di dunia karena 2/3 wilayahnya merupakan
laut dan sumber daya alam khususnya laut
memberikan potensi sumber daya alam baik hayati maupun non-hayati serta energi
gelombang laut dan Indonesia sendiri pernah mengalami masa kejayaan laut yang
membuktikan bahwa Indonesia memiliki kekuatan laut yang sangat besar.
Mencegah Kolesterol di Wilayah Manado dan Sekitarnya
1. Tujuan
Program Kesehatan
Tujuan
Umum :
Untuk
mencegah bertambahnya penderita penyakit kolesterol di wilayah Manado dan
sekitarnya.
Tujuan
Khusus :
Untuk
memberikan informasi dan pemahaman kepada masyarakat tentang bahaya
mengkonsumsi makanan yang banyak mengandung lemak yang dapat memicu seseorang
terkena penyakit kolesterol.
2. Input
(Masukan)
a. Man
Sasaran yang
dimaksudkan adalah masyarakat yang biasa mengkonsumsi makanan fast food (siap saji) dan yang mengandung lemak yang
tidak diimbangi dengan aktivitas sehari-hari.
b. Money
Dalam pembuatan program
ini, tentunya dibutuhkan biaya atau dana dari pemerintah dan pihak-pihak yang
bersangkutan dengan dunia kesehatan, seperti Dinas Kesehatan Daerah.
c. Metode
Untuk menyukseskan
program ini, maka dilakukan metode penyuluhan atau seminar kepada masyarakat
yang memiliki faktor resiko terkena
penyakit kolesterol.
d. Material
Material yang digunakan
adalah alat pengukur kolesterol dan adanya tenaga medis.
e. Market
Sasaran utamanya adalah
pemerintah dan Lembaga Swadaya Masyarakat (LSM) untuk melakukan sosialisasi dan
intervensi kepada masyarakat yang memiliki resiko terkena penyakit kolesterol.
3. Proses
Program ini
dilaksanakan di puskesmas-puskesmas yang ada di Manado dan sekitarnya yang
belum mengetahui bahaya mengkonsumsi makanan yang mengandung lemak tanpa
diimbangi dengan aktivitas sehari-hari.
4. Output
(Keluaran)
Dengan adanya program
ini, diharapkan masyarakat dapat memahami tentang pentingnya kesehatan dan cara
untuk mencegah penyakit kolesterol.
5. Impact
(Dampak)
Program ini memberi
dampak bukan hanya kepada pemerintah dan Lembaga Swadaya Masyarakat (LSM) saja,
tetapi dapat memberikan dampak pula kepada masyarakat Manado dan sekitarnya.
Dampak untuk pemerintah dan LSM, yaitu dapat meningkatkan pelayanan kesehatan
pada masyarakat yang terkena kolesterol. Dampak untuk masyarakat, yaitu mengetahui
dan memahami bahaya makanan yang dapat memicu tubuh mudah terkena penyakit
kolesterol.
Dampak Pembangunan, Daya Dukung Lingkungan dan Baku Mutu Lingkungan
DAMPAK
PEMBANGUNAN
Pada dasarnya, pembangunan bertujuan
untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat dalam segala bidang. Pembangunan
merupakan suatu proses yang terencana atau direncakan oleh masyarakat yang
kemudian diambil keputusan oleh seorang pemimpin.
Maju tidaknya suatu daerah dapat
ditunjang melalui pembangunan. Akan tetapi, pembangunan dapat menimbulkan
dampak, baik dampak positif maupun dampak negatif.
Dampak positif :
1. Harga tanah menjadi tinggi.
2. Lahan menjadi area yang tertata
rapih.
3. Terbuka lapangan kerja yang baru.
4. Terbentuknya sarana dan prasarana
baru.
5. Daerah yang tadinya sepin menjadi
ramai.
6. Terbentuknya jaringan transportasi
baru.
7. Pajak Bumi dan Bangunan menjadi
tinggi.
Dampak negatif :
1. Lahan terbuka menjadi lahan
tertutup.
2. Area resapan air menjadi
berkurang.
3. Lahan pertanian berkurang.
Salah satu contoh yaitu, daerah
hutan lindung dijadikan sebagai tempat pemukiman dan daerah hilir dijadikan
tempat industri.
DAYA
DUKUNG LINGKUNGAN
Daya dukung lingkungan merupakan
kemampuan lingkungan memberikan kehidupaan organisme secara sejahtera dan
lestari bagi penduduk yang mendiami suatu kawasan.
Secara
alami, lingkungan memiliki kemampuan untuk memulihkan keadaannya. Pemulihan
keadaan ini merupakan suatu prinsip bahwa lingkungan senantiasa menjaga
keseimbangannya. Sebelum ada gangguan terhadap lingkungan, maka lingkungan
tersebut bereaksi secara seimbang. Daya dukung lingkungan diperlukan untuk
mengetahui kemampuan lingkungan menetralisasi parameter pencemar. Apabila bahan
pencemar berakumulasi terus menerus dalam suatu lingkungan dan tidak dapat
menetralisasi keadaan tersebut, maka dapat dikatakan lingkungan tersebut tidak
mempunyai kemampuan alamiah untuk menetralisasinya. Hal ini dapat menimbulkan
perubahan kualitas lingkungan.
Contoh :
Dengan membuang sampah sembarangan di
sungai, maka dapat mengakibatkan pertumbuhan ikan yang diternak menjadi tidak baik.
Hal ini disebabkan oleh air yang sudah dicemari bahan-bahan non-organik. Daya
dukung lingkungan untuk kondisi seperti ini tidak memadai karena parameter dalam
air yang tidak dapat dinetralisasi oleh lingkungan.
1)
Dampak
perubahan iklim terhadap daya dukung air :
a. Dampak perubahan iklim pada lingkungan
-
Es dan
salju, perubahan yang terjadi di wilayah tertutup es
-
Lautan
dan pantai, perubahan angin dan arus, badai tropis yang buruk, kerusakan
ekosistem pantai
-
Sistem
hidrologi, perubahan curah hujan dan kelembaban tanah,
-
Ekosistem
dan tumbuh-tumbuhan, perubahan daerah vegetasi dan campuran spesies,
pengurangan keanekaragaman hayati.
a. Dampak
perubahan iklim terhadap terhadap masyarakat
-
Sumber
mata air
-
Pangan
dan pertanian
-
Pemukiman
di sekitar pantai
-
Kegiatan
ekonomi
-
Pemukiman
dan kesehatan
2)
Dampak
perubahan lahan terhadp daya dukung air
BAKU MUTU LINGKUNGAN
Baku mutu lingkungan adalah batas
kadar yang diperkenankan bagi zat atau bahan pencemar terdapat di lingkungan
dengan tidak menimbulkan gangguan terhadap makhluk hidup dan benda lainnya.
Kriteria baku mutu adalah hasil dari suatu pengolahan data ilmiah yang akan
digunakan untuk menentukan apakah suatu kualitas air atau udara yang ada dapat
digunakan sesuai objektif penggunaan tertentu.
Saat ini pencemaran terhadap
lingkungan berlangsung dimana-mana dengan sangat cepat. Beban pencemaran dalam
lingkungan sudah semakin berta dengan masuknya limbah industry dari berbagai
bahan kimia termasuk logam berat. Pencemaran lingkungan dapat dikategorikan
menjadi :
1.
Pencemaran air
2.
Pencemaran udara
3.
Pencemaran tanah
Langkah-langkah
penyusunan baku mutu lingkungan :
1. Identifikasi dari penggunaan
sumber daya atau media yang harus dilindungi.
2. Merumuskan formula dari kriteria
dengan menggunakan kumpulan data.
3. Merumuskan baku mutu dari hasil
penyusunan kriteria.
4. Merumuskan baku mutu limbah yang
boleh dilepas ke dalam lingkungan.
5. Membentuk program pemantauan dan
penyempurnaan.
Jenis-jenis
baku mutu lingkungan :
1. Effluent
Standard
Merupakan kadar maksimum limbah yang diperbolehkan
untuk dibuang ke lingkungan.
2. Stream
Standard
Merupakan
batas kadar untuk sumber daya tertentu, seperti sungai, waduk, dan danau.
Surveilans Gizi : KEP (Kekurangan Energi Protein)
Surveilans Gizi dapat kita gunakan
pada semua masalah kesehatan terutama yang berhubungan dengan konsumsi
makanan/minuman. Salah satu masalah gizi yang banyak dijumpai di Indonesia
adalah KEP (Kekurangan Energi Protein). Ada banyak hal yang dapat dianalisis
dari kejadian KEP. Mari kita coba mengupasnya dengan mata surveilans gizi! J
- Deskripsi
- Antropometri
Ada beberapa klasifikasi KEP berdasarkan pengukuran atropometri, namun sebagai contoh, di sini saya hanya akan menuliskan klasifikasi menurut Gomez (1955).
Menurut Gomez, kondisi baik (non-malnutrisi) adalah ketika BB/U lebih besar dari 90%. Sedangkan malnutrisi dibedakan menjadi 3, yaitu: - Malnutrisi ringan → BB/U
75-90%
- Malnutrisi sedang → BB/U
60-74%
- Malnutrisi berat → BB <
60%
- Dietetik
Faktor yang mempengaruhi adalah angka kecukupan gizi (AKG) protein. Sudahkah protein yang diasup mencukupi kebutuhan? Menurut Depkes (1999), KEP merupakan keadaan kurang gizi yang disebabkan oleh rendahnya konsumsi energi dan protein dalam makanan sehari-hari sehingga tidak memenuhi AKG, di mana AKG protein anak usia 0-6 bulan sebesar 10 gram, usia 7-11 bulan sebesar 16 gram dan usia 1-3 tahun sebesar 25 gram. - Biokimia
Penurunan kadar albumin dapat dijadikan indikator KEP yang sensitif sebab penurunan kadar albumin dalam darah akan tampak setelah 14-20 hari (hipoalbuminemia). Hal ini dapat menyebabkan bengkak seluruh tubuh akibat cairan darah dalam pembuluh darah berkurang (sebab 90% serum tubuh terdiri atas albumin) dan menyebabkan penderitanya mudah terkena infeksi (sebab fungsi albumin di antaranya sebagai alat transport Zn). - Klinis
Secara umum, tanda klinis anak KEP dapat dilihat dari ototnya yang melunak, anak menjadi cengeng, dan pertumbuhannya terhambat. Ada 2 penyakit yang berkaitan dengan KEP, yaitu marasmus (KEP kering) dan kwashiorkor (KEP basah). - Distribusi
- Usia
Mayoritas penderita atau kelompok umur yang paling rawan terhadap KEP adalah anak-anak. Hal ini karena kemampuan saluran cerna mereka yang belum optimal, kebutuhan gizinya yang lebih besar, dan imunitasnya yang belum sempurna. - Pertanian
KEP banyak dijumpai di daerah yang penduduknya memilih singkong sebagai makanan pokoknya. Seperti yang kita ketahui, singkong mengandung sedikit sekali protein, lebih sedikit daripada nasi (beras). - Musim
Musim yang ekstrim dapat menyebabkan gagal panen tanaman sumber protein (misal: kemarau kering berkepanjangan atau banjir karena hujan terus-menerus) - Determinan
- Penyebab langsung
- Konsumsi kalori (karbohidrat,
protein, dan lemak) dibandingkan AKG
- Penyakit infeksi → hambatan
ansorpsi → imunitas menurun
Penyakit infeksi di sini contohnya cacar air, batuk rejan, TBC, malaria, diare, cacingan - Penyebab tidak langsung
- Tingkat pendapatan orang tua
- Kondisi ekonomi negara
- Produksi pangan yang kurang
- Tingkat pendidikan orang tua
- Distribusi pangan yang tidak
merata
- Besar anggota keluarga
- Jarak kelahiran
- Pemberian MP-ASI
- Sanitasi lingkungan yang
buruk
- Adanya food taboo
- Variabel
- Variabel terikat: hipoalbuminemia, BB/U<90%
- Variabel bebas: daya beli yang kurang, penyakit infeksi,
Penilaian Resiko Kesehatan
Penilaian
risiko kesehatan (Health Risk Assessment, disingkat HRA) merupakan langkah pertama sebelum seseorang
melakukan manajemen risiko kesehatan.Masukan informasi yang terekam dalam HRA,
dapat menunjukkan telah terjadi pemajanan oleh satu faktor risiko atau banyak
faktor risiko. Oleh karena dasar dari timbulnya risiko kesehatan adalah adanya
pemajanan (exposure) oleh satu
atau lebih faktor risiko. Maka faktor risiko harus dikenali (rekognized)
karakternya meliputi asal, jenis, intensitas, durasi, frequensi dan lama
pemajanan. Asal faktor risiko bisa dari
lingkungan kerja, pekerjaan, organisasi dan diri pekerja sendiri.
Faktor
risiko kesehatan adalah segala sesuatu yang memiliki potensi untuk menimbulkan
kerugian kesehatan pada pemajanan sesungguhnya. Sarat sesuatu untuk
disebut sebagai faktor risiko adalah a) secara logika biomedik memiliki potensi
untuk menimbulkan kerugian kesehatan, b) sejarah kesehatan merekam bukti
timbulnya efek kesehatan tertentu akibat pemajanan oleh faktor risiko tersebut.
Maka peranan kepustakaan sangat penting untuk menelusuri hubungan pemajanan dan
efek kesehatan dari faktor risiko tersebut.
Pengertian
pamajanan dalam ilmu Kesehatan Kerja mirip dengan dosis dalam ilmu kedokteran.
Dosis obat menunjukkan jumlah tertentu, misalnya 25 mg/kg berat badan per-hari
untuk pemberian sehari. Selanjutnya ada dosis mingguan dan ada dosis total hingga
hilang penyakit. Dalam ilmu kesehatan
kerja dipakai istilah pemajanan sebagai indikator dosis hingga timbul penyakit.
Ada pemajanan harian yang mengandung pengertian jumlah tertentu, yaitu konsentrasi.
atau intensitas.
Misal pemajanan harian adalah 20 batang rokok yang dihisap
rata-rata setiap hari. Jika dalam 10
tahun timbul penyakit jantung koroner pada 14 % pengisap rokok 20 batang
sehari, maka pemajanan total rokok untuk menimbulkan penyakit jantung koroner
tersebut dapat disebut sebagai 20 batang kali 10 tahun= 200 batang –tahun.
Sehingga
dalam ilmu kesehatan kerja dikenal Hukum Aksi Masa sebagai E= F i X t yang bersifat konstan.
Dimana E= efek kesehatan tertentu, misalnya penyakit
jantung koroner. Efek ini adalah fungsi dari intensitas(i) dan
waktu (t). Rumus ini penting dalam
aplikasi pencegahan penyakit. Dalam contoh teoritis tersebut diatas,
jika ingin agar penyakit jantung koroner tidak timbul dalam 10 tahun ke depan
pada 14 % perokok tadi, tetapi 200 tahun ke depan, maka pemajanan harian harus
direduksi menjadi 1 batang per-hari.
Siapa
yang bisa berumur 200 tahun? Maka dalam kesehatan kerja, penting sekali untuk
mereduksi intensitas pemajanan atau kalau mungkin meng-eliminasikannya. Perlu dicatat bahwa asap rokok juga faktor
risiko bagi timbulnya penyakit kanker. Sehingga reduksi intensitas rokok
saja masih membahayakan perokok maupun perokok pasif, karena timbulnya penyakit
kanker. Peran asap rokok telah tercatat menyebabkan 50 % kematian karena
penyakit degeneratif kronik terkait rokok, antara lain penyakit kardiovaskuler,
kanker, dan penyakit paru obstruktif kronik.
Untuk mencegah kanker, satu-satunya jalan adalah
intensitas pemajanan harus nol. Sebab
tidak ada nilai ambang batas bagi bahan karsinogenik macam asap rokok. Maka
satu-satunya jalan mencegah kanker bagi perokok adalah berhenti sama sekali
dari kebiasaan mengisap rokok. Dalam
satu tahun setelah berhenti merokok, risiko kanker tersisa 50 % , kemudian setelah 10 tahun risiko
menjadi sama dengan mereka yang tidak merokok.
Penilaian risiko kesehatan meliputi 4 langkah:
1)
Rekognisi
faktor risiko (asal, jenis, dan hubungan faktor risiko dengan efek kesehatan
menurut
kepustakaan berdasar studi manusia atau binatang. Bila tak ada dokumen kepustakaan,
perlukah
membuat studi sendiri?
2) Penilaian pemajanan (intensitas atau
konsentrasi dan lama waktu)
3) Penilaian hubungan pemajanan terhadap
insidensi
4) Sifat risiko (jenis risiko misalnya
riversible atau irrersible, besarnya
risiko, atau kenaikan risiko sebagai akibat pemajanan dan
diskusi
tentang hal-hal yang tak pasti dalam estimasi risiko tersebut diatas).
2.
Rekognisi faktor risiko
Karena penyakit kardiovascular adalah penyakit yang
memiliki faktor risiko banyak, maka untuk memberikan kemudahan mengenali faktor
risiko dimaksud, berikut disajikan sebuah kerangka konsep dimana setiap faktor
risiko diasumsikan sebagai variable bebas (independent variable).
Sebagai variable tergantung adalah kejadian kardiovaskuler yang didahului oleh
proses aterosklerosis pada endotel arteri.Variable tergantung lainnya adalah
kapasitas kerja fisik dan derajat kesehatan.
3.
Penilaian pemajanan.
Besarnya pemajanan dapat didekati dari indikator yang
disepakati dapat mewakili pemajanan. Walau umumnya dipakai konsentrasi atau
intensitas dan waktu, namun pada kondisi faktor risiko lain dipakai intensitas,
durasi dan frekuensi. Contoh indikator konsentrasi adalah kholesterol LDL dalam
darah dalam satuan mg/dl, gula darah puasa dalam satuan mg/dl. Contoh indikator
intensitas adalah tekanan darah dalam satuan tekanan mmHg.
Untuk faktor risiko gerak raga dinamik, digunakan indikator intensitas
gerak, durasi pada gerak dimaksud, dan frekuensi gerak perminggu.
Langganan:
Postingan (Atom)