Senin, 21 November 2016

pendekatan dan strategi advokasi

Makalah
Advokasi dan Promosi Gizi

“ Pendekatan dan Strategi Advokasi“
                                                           

Dosen Pengajar :
Maureen I. Punuh., SKM., MSi
dr. Shirley E.S. Kawengian., MSi


logo_unsrat.jpg






 Disusun oleh :
Semester 05-Gizi


1.      Calista Kairupan                           14111101146
2.      Nelva N. Linu                               14111101239
3.      Melissa Panambunan                    14111101412
4.      Trifena Haryanie Pinatity             16111101317





FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT
UNIVERSITAS SAM RATULANGI
MANADO
2016



Kata Pengantar

Puji dan syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa karena atas berkat dan rahmatnya kami boleh menyelesaikan tugas Makalah ini.
Penulisan makalah ini di tujukan untuk memaparkan “Pendekatan dan Strategi Advokasi”.
Dalam penulisan makalah ini, kami pun tidak lupa berterima kasih kepada semua pihak yang telah membantu kami dalam menyelesaikan tugas makalah ini.
Harapan kami semoga makalah ini dapat berguna bagi kita semua. Namun kami menyadari bahwa makalah ini sangat jauh dari kesempurnaan mengingat keterbatasan yang kami miliki. Kami berharap agar Saudara(i) sekalian berkenan untuk memberikan saran dan kritikan demi kesempurnaan makalah ini.


Manado, Oktober 2016



Penulis



Daftar Isi

Halaman Judul
Kata Pengantar ……………………………………………………………  i
Daftar Isi…………………………………………………………………..  ii

BAB I PENDAHULUAN
1.1  Latar Belakang………………………………………………………..    1
1.2  Rumusan Masalah……………………………………………………     1
1.3  Tujuan Penulisan……………………………………………………...    2
BAB II PEMBAHASAN
2.1 Pengertian Advokasi…………………...…….………………………..    3
2.2 Tujuan Advokasi…………………....…………………………………    4
2.3 Kegiatan-Kegiatan Advokasi……………..…………………………...    5
2.4 Argumentasi untuk Advokasi...………….……………………………    6
2.5 Komunikasi dalam Advokasi…………………………………………    7
2.6 Indikator Hasil Advokasi……………………………………………...   9
2.7 Pendekatan Advokasi………………………….……………………...    11
2.8 Strategi Advokasi…………..………………………………………….   12
BAB III PENUTUP
3.1 Kesimpulan……………………………………………………………   14
3.2 Kritik dan Saran……………………………………………………….   14

Daftar Pustaka……………………………………………………………..   15


BAB I
PENDAHULUAN
1.1              Latar Belakang
Istilah advokasi mulai digunakan dalam program kesehatan masyarakat pertama kali oleh WHO (1984), sebagai salah satu strategi global promosi kesehatan. WHO merumuskan bahwa dalam mewujudkan visi dan misi promosi kesehatan secara efektif, menggunakan 3 strategi pokok, yakni advokasi, dukungan social, dan pemberdayaan masyarakat.
Advokasi diartikan sebagai upaya pendekatan terhadap orang lain yang dianggap mempunyai pengaruh terhadap keberhasilam suatu program atau kegiatan yang dilaksanakan. Oleh karena itu, yang menjadi sasaran atau target advokasi adalah para pemimpin suatu organisasi atau institusi kerja, baik di lingkungan pemerintah maupun swasta, serta organisasi kemasyarakatan. Di sektor kesehatan, dalam konteks pembangunan nasional, sasaran advokasi adalah pimpinan eksekutif, termasuk presiden dan para pemimpin sektor lain yang terkait dengan kesehatan dan lembaga legislatif.
Di negara-negara berkembang khususnya, strategi advokasi sangat diperlukan karena masalah kesehatan di negara-negara ini belum memperoleh perhatian secara proporsional dari sektor-sektor lain di luar kesehatan, baik pemerintah maupun swasta. Padahal masalah kesehatan ditimbulkan oleh dampak pembangunan sektor lain. Untuk meningkatkan perhatian dan komitmen pembuat keputusan dari sektor-sektor ini diperlukan advokasi.

            1.2 Rumusan Masalah
Adapun rumusan masalah, yaitu :
1.      Apa yang dimaksud dengan advokasi?
2.      Apa tujuan advokasi?
3.      Apa saja kegiatan-kegiatan dalam advokasi?
4.      Apa saja argumentasi dalam advokasi?
5.      Bagaimana komunikasi dalam advokasi?
6.      Apa saja indikator advokasi?
7.      Bagaimana pendekatan advokasi?
8.      Bagaimana strategi dalam advokasi?

            1.3  Tujuan Penulisan
Adapun tujuan penulisan, yaitu :
1.      Untuk mengetahui pengertian dari advokasi.
2.      Untuk mengetahui tujuan advokasi.
3.      Untuk mengetahui kegiatan-kegiatan advokasi.
4.      Untuk mengetahui argumentasi dalam advokasi.
5.      Untuk mengetahui komunikasi dalam advokasi.
6.      Untuk mengetahui indikator advokasi.
7.      Untuk mengetahui pendekatan dalam advokasi.
8.      Untuk mengetahui strategi dalam advokasi.
  

BAB II
PEMBAHASAN
2.1       Pengertian Advokasi
            Advokasi adalah kombinasi antara pendekatan atau kegiatan individu dan sosial untuk memperoleh komitmen politik, dukungan kebijakan, penerimaan sosial, dan adanya sistem yang mendukung terhadap suatu program atau kegiatan.

2.2       Tujuan Advokasi
a.       Komitmen Politik
Komitmen para pembuat keputusan di sektor manapun sangat diperlukan terhadap permasalahan kesehatan dan upaya pemecahan permasalahan kesehatan. Pembangunan nasional tidak terlepas dari pengaruh kekuasaan politik yang sedang berjalan. Oleh sebab itu, pembangunan di sektor kesehatan juga tidak terlepas dari kondisi dan situasi politik pada saat ini. Baik kekuasaan eksekutif maupun legislative di Negara manapun ditentukan oleh proses politik, terutama hasil pemeliharaan umum pada waktu yang lampau. Seberapa jauh komitmen politik para eksekutif dan legislatif terhadap masalah kesehatan masyarakat, ditentukan oleh pemahaman mereka terhadap masalah-masalah kesehatan.
Demikian juga mereka mengalokasikan anggaran pembangunan nasional bagi pembangunan sektor kesehatan, juga tergantung pada cara pandang dan kepedulian mereka terhadap kesehatan dalam konteks pembangunan nasional. Oleh sebab itu, untuk meningkatkan komitmen para eksekutif dan legislatif terhadap kesehatan diperlukan advokasi. Komitmen politik ini dapat diwujudkan dengan pertanyaan-pertanyaan, baik lisan maupun tulisan, dari pejabat eksekutif dan legislatif, mengenai dukungan atau persetujuan terhadap isu-isu kesehatan. 
b.      Dukungan Kebijakan
Dukungan politik tidak akan berarti tanpa dikeluarkannya kebijakan yang konkret dari para pembuat kebijakan tersebut. Oleh sebab itu, setelah adanya komitmen politik dari para eksekutif maka perlu ditindaklanjuti dengan advokasi lagi agar dikeluarkan kebijakan untuk mendukung program yang telah memperoleh komitmen politik tersebut. Dukungan kebijakan ini dapat berupa undang-undang, peraturan pemerintah atau peraturan daerah, surat keputusan pimpinan institusi, surat edaran, dan sebagainya.
c.       Dukungan Masyarakat
Dukungan masyarakat berarti diterimanya suatu program oleh masyarakat. Program kesehatan apapun hendaknya memperoleh dukungan dari sasaran utama program tersebut. Oleh sebab itu, apabila suatu program kesehatan telah memperoleh komitmen dan dukungan kebijakan, maka selanjutnya perlu mensosialisasikan program tersebut untuk memperoleh dukungan masyarakat. Untuk sosialisasi program ini, maka dibutuhkan tenaga kesehatan yang memiliki kemampuan advokasi.
d.      Dukungan Sistem
Agar suatu program berjalan baik, maka perlu adanya sistem, mekanisme, atau prosedur kerja yang jelas yang mendukungnya. Oleh sebab itu, sistem kerja atau organisasi kerja yang melibatkan kesehatan perlu dikembangkan.
Semua sektor pembangunan yang mempunyai dampak terhadap kesehatan, harus memasukkan atau mempunyai unit atau sistem yang menangani masalah kesehatan di dalam struktur organisasinya. Unit ini secara internal menangani masalah-masalah kesehatan yang dihadapi oleh karyawannya, secara eksternal mengatasi dampak institusi tersebut terhadap kesehatan masyarakat.
Dalam mengembangkan organisasi atau sistem kerja, suatu institusi terutama yang mempunyai dampaik terhadap kesehatan harus mempertimbangkan adanya unit kesehatan tersebut. Terwujudnya unit kesehatan di dalam suatu organisasi kerja di industri-industri atau institusi kerja tersebut memerlukan pendekatan advokasi oleh sektor kesehatan di semua tingkat.

            2.3              Kegiatan-Kegiatan Advokasi
a)      Lobi Politik
Lobi adalah berbincang-bincang secara informal dengan para pejabat untuk menginformasikan dan membahas masalah dan program kesehatan yang akan dilaksanakan. Tahap pertama yaitu, petugas kesehatan menyampaikan keseriusan masalah kesehatan yang dihadapi di wilayah kerjanya, dan dampaknya terhadap kehidupan masyarakat. Kemudian disampaikan alternatif terbaik untuk memecahkan atau menanggulangi masalah tersebut. Dalam lobi ini perlu dibawa atau ditunjukkan data yang akurat tentang masalah kesehatan tersebut kepada pejabat yang bersangkutan.
b)      Seminar atau Presentasi
Seminar atau presentasi yang dihadiri oleh para pejabat lintas program dan lintas sektoral. Petugas kesehatan menyajikan masalah kesehatan di wilayah kerjanya, lengkap dengan data  dan ilustrasi yang menarik serta rencana program pemecahannya. Kemudian masalah tersebut dibahas bersama-sama, yang akhirnya diharapkan akan diperoleh komitmen dan dukungan terhadap program yang akan dilaksanakan tersebut.
c)      Media
Advokasi media adalah melakukan kegiatan advokasi dengan menggunakan media, khususnya media massa. Melalui media cetak atau media elektronik, permasalahan kesehatan disajikan baik dalam bentuk lisan, artikel, berita, diskusi, penyampaian pendapat, dan sebagainya. 
d)     Perkumpulan
Asosiasi atau perkumpulan orang-orang yang mempunyai minat atau keterkaitan terhadap masalah tertentu atau perkumpulan profesi adalah juga merupakan bentuk advokasi.  

            2.4              Argumentasi untuk Advokasi
Secara sederhana advokasi adalah kegiatan untuk meyakinkan para penentu kebijakan atau     para pembuat keputusan sehingga mereka memberi dukungan, baik kebijakan, fasilitias maupun dana terhadap program yang ditawarkan. Berhasil atau tidak advokasi dipengaruhi oleh kuat atau tidaknya argumentasi.
Beberapa hal yang dapat memperkuat argumentasi dalam advokasi.
a.       Meyakinkan
Program yang ditawarkan atau ajukan itu harus meyakinkan para penentu kebijakan atau pembuat keputusan. Agar program tersebut dapat meyakinkan harus didukung dengan data, dan sumber yang dapat dipercaya.
b.      Layak
Program yang diajukan tersebut, baik secara teknik, politik, maupun ekonomi, dimungkinkan atau layak. Layak secara teknik berarti program tersebut dapat dilaksanakan, petugas mempunyai kemampuan yang cukup, sarana dan prasarana pendukung tersedia. Layak secara politik berartu program tersebut tidak akan membawa dampak politik pada masyarakat. Sedangkan layak ekonomi artinya didukung oleh dana yang cukup, dan apabila program tersebut adalah program pelayanan, masyarakat mampu membayarnya.
c.       Relevan
Program yang diajukan harus mencakup 2 kriteria, yakni : memenuhi kebutuhan masyarakat dan benar-benar dapat memecahkan masalah yang dirasakan masyarakat.
d.      Penting
Program yang diajukan tersebut harus mempunyai urgensi yang tinggi dan harus segera dilaksanakan. Oleh karena itu. Program alternatif yang diajukan adalah yang paling baik dan di antara alternatif-alternatif yang lain.
e.       Prioritas tinggi
Program yang diajukan harus mempunyai prioritas yang tinggi sehingga dibutuhkan analisis yang cermat.

             2.5 Komunikasi dalam Advokasi
Keberhasilan dalam advokasi sangat ditentukan oleh efektivitas komunikasi para petugas kesehatan dan para pembuat kebijakan . untuk menghasilkan komunikasi yang efektif diperlukan prakondisi, yaitu :
a.       Atraksi interpersonal
     Atraksi interpersonal adalah daya tarik seseorang atau sikap positif pada seseorang yang     memudahkan orang lain untuk berhubungan atau berkomunikasi dengannya. Atraksi interpersonal ditentukan oleh beberapa faktor, yaitu 
-     Daya tarik
Daya tarik sangat ditentukan oleh sikap dan perilaku orang terhadap orang lain.
-          Percaya diri
Merupakan suatu perasaan bahwa seseorang mempunyai kemampuan atau menguasai ilmu atau    pengalaman di bidangnya.
-          Kemampuan
Hal ini berkaitan dengan percaya diri. Orang yang melakukan tugas-tugasnya, ia akan lebih percaya diri.
-          Familiar
Petugas kesehatan yang sering muncul atau hadir dalam event tertentu akan lebih familiar. Oleh sebab itu, apabila akan melakukan lobbying dalam rangka advokasi akan mudah diterima daripada pejabat yang jarang muncul di pertemuan-pertemuan tersebut.
-          Kedekatan
Menjalin hubungan baik dengan para pejabat sebagai faktor penting untuk melakukan advokasi. Komunikasi interpersonal akan lebih efektif bila dilakukan dengan orang-orang yang dekat dengan kita.
b.      Perhatian
Berdasarkan teori psikologis, ada dua faktor yang mempengaruhi perhatian seseorang, yakni faktor internal dan faktor eksternal. Faktor internal  adalah faktor yang berasal dari dalam diri orang itu sendiri. Faktor internal terdiri dari faktor biologis, dan faktor sosio-psikologis. Oleh sebab itu, dalam melakukan advokasi dengan para pejabat kita harus melaluinya dengan hal-hal yang berkaitan dengan minat, kebiasaan, atau kebutuhan mereka.
c.       Intensitas Komunikasi
Pesan atau informasi yang akan disampaikan melalui proses komunikasi advokasi adalah program-program kesehatan yang akan dimintakan komitmen atau dukungannya dari pembuat kebijakan. Dalam komunikasi, pesan adalah faktor eksternal yang menarik perhatian komunikan. Hal-hal yang menarik perhatian biasanya adalah sesuatu yang mempunyai sifat menonjol atau memiliki intensitas tinggi.
d.      Visualisasi
Informasi atau pesan yang menarik perlu divisualisasikan dalam media, khususnya media interpersonal. Media interpersonal yang paling efektif dalam rangka komunikasi advokasi adalah flip chard, booklet, slide atau video cassette. Pesan tersebut didasari fakta-fakta yang diilustrasikan melalui grafik, tabel, gambar dan atau foto.
  
            2.6              Indikator Hasil Advokasi
Advokasi sebagai suatu kegiatan, sudah tentu mempunyai masukan (input) – proses – keluaran (output). Oleh sebab itu apabila kita akan menilai keberhasilan advokasi, maka kita harus memperhatikan tiga hal tersebut.
a.       Input
Input untuk kegiatan advokasi yang paling utama adalah orang yang akan melakukan advokasi dan bahan-bahan yakni data atau informasi yang membantu atau mendukung argument dalam advokasi. Indikator untuk mengevaluasi advokasi, yaitu :
-     Berapa kali petugas kesehatan, terutama para pejabat, telah mengikuti pelatihan tentang komunikasi, advokasi, dll.
-    Sebagai institusi, dinas kesehatan baik tingkat provinsi maupun kabupaten, mempunyai kewajiban untuk memfasilitasi para petugas kesehatan dengan kemampuan advokasi melalui pelatihan-pelatihan.
-     Hasil-hasil studi, atau laporan yang menghasilkan data, diolah menjadi informasi dan di analisis menjadi evidence. Evidence ini yang kemudian akan dikemas dalam media khusus dan digunakan sebagai alat bantu untuk memperkuat argumentasi kita kepada para penentu kebijakan .
b.      Proses
Proses advokasi adalah kegiatan untuk melakukan advokasi, oleh sebab itu evaluasi proses advokasi harus sesuai dengan kegiatan advokasi. Indikator proses advokasi :
-   Berapa kali melakukan lobying dalam rangka memperoleh dukungan dan komitmen kebijakan terhadap program kesehatan.
-      Berapa kali menghadiri pertemuan yang membahas masalah dan program-program yang membangun termasuk program kesehatan di daerahnya.
-    Berapa kali seminar atau lokakarya tentang masalah dan program-program kesehatan diadakan, dan mengundang sector pembangunan yang terkait.
-     Berapa kali pejabat kesehatan menghadiri seminar atau lokakarya yang diadakan oleh sector lain.
-     Seberapa sering media local termasuk media elektronik membahas atau mengeluarkan artikel tentang kesehatan atau pembangunan yang terkait dengan masalah kesehatan.
c.       Output
Keluaran atau output advokasi sector kesehatan, dapat diklasifikasikan dalam dua bentuk, yakni output dalam bentuk perangkat lunak dan output dalam bentuk perangkat keras.
Indikator output dalam perangkat lunak adalah peraturan-peraturan atau undang-undang sebagai bentuk kebijakan atau perwujudan dari komitmen terhadap program kesehatan, misalnya :
-          Undang-undang
-          Peraturan permerintah
-          Keputusan presiden
-          Keputusan menteri
-          Peraturan daerah
-          Surat keputusan gubernur, bupati, atau camat.
Sedangkan indikator output dalam bentuk perangkat keras, antara lain:
-          Meningkatnya dana atau anggaran untuk pembangunan kesehatan.
-      Tersedianya atau dibangunnya fasilitas atau sarana pelayanan kesehatan seperti rumah sakit, puskesmas, poliklinik, dan sebagainya.
-       Dibangunnya atau tersedianya sarana dan prasarana kesehatan, misalnya air bersih, jamban keluarga, jamban umum, tempat sampah, dan sebagainya.
-    Dilengkapi peralatan kesehatan, seperti laboratorium, peralatan pemeriksaan fisik, dan sebagainya.      
          
2.7                 Pendekatan Advokasi
Ada 5 pendekatan utama dalam advokasi (UNFPA dan BKKBN 2002) yaitu:
a.       Melibatkan para pemimpin
Para pembuat undang-undang,mereka yang terlibatdalam penyusunan hukum, peraturan maupun pemimpin poilitik, yaitu mereka yang menetapkan kebijakan publik sangat berpengaruh dalam menciptakan perubahan yang terkait dengan masalah sosial termaksud kesehatan dan kependudukan. Oleh karena itu, sangat penting melibatkan mereka semaksimum mungkin dalam isu yang akan diadvokasikan.
b.      Bekerja dengan media massa
Media massa sangat penting berperan dalam membentuk oponi publik. Media juga sangat kuat dalam mempengaruhi presepsi publik atas isu atau masalah  tertentu. Mengenal, membangun dan menjaga kemitraan dengan media massa sangat penting dalam proses advokasi.
c.       Membangun kemitraan
Dalam upaya advokasi sangat penting dilakukan upaya jaringan, kemitraan yang brekelanjutan dengan individu, organisasi-organisasi dan sektor lain yang bergerak dalam isu yang sama. Kemitraan ini dibentuk oleh individu, kelompok yang bekerja sama yang bertujuan untuk mencapai tujun umum yang sama atau hampir sama. Namum membangun pengembangan kemitraan tidak mudah, memerlukan aktual, perencanaan yang matang serta memerlukan penilaian kebutuhan serta minat dari calon mitra.
d.      Memobilisasi massa
Memobilisasi massa merupakan suatu proses mengorganisasikan individu yang telah termotivasi ke dalam kelompok-kelompok atau mengorganisasikan kelompok yang sudah ada. Dengan mobilisasi dimaksudkan agar motivasi individu dapat diubah menjadi tindakan kolektif. 
e.       Membangun kapasitas
Membangun kapasitas disini dimasudkan melembagakan kemampuan untuk mengembangkan dan mengelolah  program yang komprehensif dan membangun kritical massa pendukukung yang memiliki keterampilan advokasi. Kelompok ini dapat diidentifikasikan dari LSM tertentu,kelompok profesi serta kelompok lain.

            2.8              Strategi Advokasi
Strategi advokasi di dalam pemberdayaan masyarakat dapat kita bagi dalam tiga strategi yaitu sebagai berikut:
a.       Strategi mikro
Yaitu penghubung sosial masyarakat atau penghubung klien dengan sumber-sumber di lingkungan sekitar. Adapun teknik yang dapat dilakukan adalah menjalin relasi kerjasama dengan profesi-profesi kunci, membangun kontak-kontak antara klien dengan lembaga-lembaga pelayanan sosial, mempelajari kebijakan-kebijakan dan syarat-syarat serta proses pemanfaatan sumber daya yang ada di dalam masyarakat.
b.      Strategi mezzo
Yaitu mediator, maksudnya disini adalah mewakili dan mendampingi kelompok-kelompok formal atau organisasi guna mengidentifikasi masalah sosial yang dihadapi secara bersama dalam merumuskan tujuan, mendiskusi solusi-solusi secara potensial, monitoring dan mengevaluasi rencana aksi. Teknik yang dapat dilakukan, antara lain, bersikap netral, tidak memihak, dan pada saat bersamaan percaya bahwa kerjasama yang dibuat dapat berjalan serta mendatangkan manfaat. Kemudian memfasilitasi pertukaran informasi secara terbuka di antara pihak yang terlibat, mengidentifikasi manfaat kerjasama yang timbul, menggali kesaman-kesamaan yang dimiliki oleh pihak terlibat konflik, mendefinisikan, mengkonfrontasikan dan menangani berbagai hambatan komunikasi. 
c.       Strategi makro
Yaitu sebagai aktivis dan analis kebijakan. Advokasi berperan sebagai aktivis sosial, maka harus terlibat langsung dalam gerakan perubahan sosial dan aksi sosial bersama masyarakat. Wujud riil dari peran sebagai aktivis sosial adalah meningkatkan kesadaran publik terhadap masalah sosial, ketidak-adilan, memobilisasi sumber daya masyarakat untuk merubah kondisi-kondisi yang buruk dan tidak adil, melakukan lobi dan negosiasi agar terjadi perubahan di bidang hukum, termasuk melakukan class action.


BAB III
PENUTUP
3.1              Kesimpulan
            Advokasi adalah kombinasi antara pendekatan atau kegiatan individu dan sosial untuk memperoleh komitmen politik, dukungan kebijakan, penerimaan sosial, dan adanya sistem yang mendukung terhadap suatu program atau kegiatan.
Dalam advokasi diperlukan pendekatan dan strategi advokasi. Berikut adalah pendekatan dalam advokasi, yaitu :
a.       Melibatkan para pemimpin
b.      Bekerja dengan media massa
c.       Membangun kemitraan
d.      Memobilisasi massa
e.       Membangun kapasitas
Sedangkan strategi yang digunakan dapat berupa, strategi mikro, strategi mezzo dan strategi makro.

3.2       Kritik dan Saran
Sebaiknya makalah ini dilengkapi dengan materi-materi lainnya yang dapat menunjang benar tidaknya informasi tentang advokasi khususnya dalam pendekatan dan strategi advokasi.


Daftar Pustaka
Notoatmojo Soekidjo. 2007. Promosi Kesehatan dan Ilmu Perilaku. Jakarta : Rineka Cipta.




Tidak ada komentar:

Posting Komentar