Makalah
Advokasi dan Promosi Gizi
“ Pendekatan dan Strategi Advokasi“
Dosen
Pengajar :
Maureen I. Punuh., SKM., MSi
dr. Shirley E.S. Kawengian., MSi

Disusun oleh :
Semester 05-Gizi
Semester 05-Gizi
1.
Calista Kairupan 14111101146
2.
Nelva N. Linu 14111101239
3.
Melissa
Panambunan 14111101412
4.
Trifena Haryanie
Pinatity 16111101317
FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT
UNIVERSITAS SAM RATULANGI
MANADO
2016
Kata Pengantar
Puji dan syukur
kepada Tuhan Yang Maha Esa karena
atas berkat dan rahmatnya kami boleh menyelesaikan tugas
Makalah ini.
Penulisan
makalah ini di tujukan untuk memaparkan “Pendekatan
dan Strategi Advokasi”.
Dalam
penulisan makalah ini, kami pun tidak lupa berterima kasih kepada semua pihak
yang telah membantu kami dalam menyelesaikan tugas makalah ini.
Harapan kami
semoga makalah ini dapat berguna bagi kita semua. Namun kami menyadari bahwa
makalah ini sangat jauh dari kesempurnaan mengingat keterbatasan yang kami
miliki. Kami berharap agar Saudara(i) sekalian berkenan untuk memberikan saran
dan kritikan demi kesempurnaan makalah ini.
Manado, Oktober 2016
Penulis
Daftar Isi
Halaman Judul
Kata Pengantar
…………………………………………………………… i
Daftar
Isi………………………………………………………………….. ii
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang……………………………………………………….. 1
1.2 Rumusan Masalah…………………………………………………… 1
1.3 Tujuan Penulisan……………………………………………………... 2
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Pengertian
Advokasi…………………...…….……………………….. 3
2.2 Tujuan
Advokasi…………………....………………………………… 4
2.3 Kegiatan-Kegiatan
Advokasi……………..…………………………... 5
2.4 Argumentasi
untuk Advokasi...………….…………………………… 6
2.5 Komunikasi
dalam Advokasi………………………………………… 7
2.6 Indikator
Hasil Advokasi……………………………………………... 9
2.7 Pendekatan
Advokasi………………………….……………………... 11
2.8 Strategi
Advokasi…………..…………………………………………. 12
BAB III PENUTUP
3.1
Kesimpulan…………………………………………………………… 14
3.2 Kritik dan
Saran………………………………………………………. 14
Daftar
Pustaka…………………………………………………………….. 15
BAB I
PENDAHULUAN
1.1
Latar
Belakang
Istilah
advokasi mulai digunakan dalam program kesehatan masyarakat pertama kali oleh
WHO (1984), sebagai salah satu strategi global promosi kesehatan. WHO
merumuskan bahwa dalam mewujudkan visi dan misi promosi kesehatan secara
efektif, menggunakan 3 strategi pokok, yakni advokasi, dukungan social, dan
pemberdayaan masyarakat.
Advokasi diartikan sebagai upaya pendekatan terhadap
orang lain yang dianggap mempunyai pengaruh terhadap keberhasilam suatu program
atau kegiatan yang dilaksanakan. Oleh karena itu, yang menjadi sasaran atau
target advokasi adalah para pemimpin suatu organisasi atau institusi kerja,
baik di lingkungan pemerintah maupun swasta, serta organisasi kemasyarakatan.
Di sektor kesehatan, dalam konteks pembangunan nasional, sasaran advokasi
adalah pimpinan eksekutif, termasuk presiden dan para pemimpin sektor lain yang
terkait dengan kesehatan dan lembaga legislatif.
Di negara-negara berkembang khususnya, strategi
advokasi sangat diperlukan karena masalah kesehatan di negara-negara ini belum
memperoleh perhatian secara proporsional dari sektor-sektor lain di luar
kesehatan, baik pemerintah maupun swasta. Padahal masalah kesehatan ditimbulkan
oleh dampak pembangunan sektor lain. Untuk meningkatkan perhatian dan komitmen
pembuat keputusan dari sektor-sektor ini diperlukan advokasi.
1.2 Rumusan Masalah
Adapun
rumusan masalah, yaitu :
1. Apa
yang dimaksud dengan advokasi?
2. Apa
tujuan advokasi?
3. Apa
saja kegiatan-kegiatan dalam advokasi?
4. Apa
saja argumentasi dalam advokasi?
5. Bagaimana
komunikasi dalam advokasi?
6. Apa
saja indikator advokasi?
7. Bagaimana
pendekatan advokasi?
8. Bagaimana
strategi dalam advokasi?
1.3 Tujuan
Penulisan
Adapun
tujuan penulisan, yaitu :
1. Untuk
mengetahui pengertian dari advokasi.
2. Untuk
mengetahui tujuan advokasi.
3. Untuk
mengetahui kegiatan-kegiatan advokasi.
4. Untuk
mengetahui argumentasi dalam advokasi.
5. Untuk
mengetahui komunikasi dalam advokasi.
6. Untuk
mengetahui indikator advokasi.
7. Untuk
mengetahui pendekatan dalam advokasi.
8. Untuk
mengetahui strategi dalam advokasi.
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Pengertian Advokasi
Advokasi
adalah kombinasi antara pendekatan atau kegiatan individu dan sosial untuk
memperoleh komitmen politik, dukungan kebijakan, penerimaan sosial, dan adanya
sistem yang mendukung terhadap suatu program atau kegiatan.
2.2 Tujuan Advokasi
a. Komitmen
Politik
Komitmen para pembuat keputusan di
sektor manapun sangat diperlukan terhadap permasalahan kesehatan dan upaya pemecahan
permasalahan kesehatan. Pembangunan nasional tidak terlepas dari pengaruh
kekuasaan politik yang sedang berjalan. Oleh sebab itu, pembangunan di sektor
kesehatan juga tidak terlepas dari kondisi dan situasi politik pada saat ini.
Baik kekuasaan eksekutif maupun legislative di Negara manapun ditentukan oleh
proses politik, terutama hasil pemeliharaan umum pada waktu yang lampau. Seberapa
jauh komitmen politik para eksekutif dan legislatif terhadap masalah kesehatan
masyarakat, ditentukan oleh pemahaman mereka terhadap masalah-masalah
kesehatan.
Demikian juga mereka
mengalokasikan anggaran pembangunan nasional bagi pembangunan sektor kesehatan,
juga tergantung pada cara pandang dan kepedulian mereka terhadap kesehatan
dalam konteks pembangunan nasional. Oleh sebab itu, untuk meningkatkan komitmen
para eksekutif dan legislatif terhadap kesehatan diperlukan advokasi. Komitmen
politik ini dapat diwujudkan dengan pertanyaan-pertanyaan, baik lisan maupun
tulisan, dari pejabat eksekutif dan legislatif, mengenai dukungan atau
persetujuan terhadap isu-isu kesehatan.
b. Dukungan
Kebijakan
Dukungan politik tidak
akan berarti tanpa dikeluarkannya kebijakan yang konkret dari para pembuat
kebijakan tersebut. Oleh sebab itu, setelah adanya komitmen politik dari para eksekutif
maka perlu ditindaklanjuti dengan advokasi lagi agar dikeluarkan kebijakan
untuk mendukung program yang telah memperoleh komitmen politik tersebut.
Dukungan kebijakan ini dapat berupa undang-undang, peraturan pemerintah atau
peraturan daerah, surat keputusan pimpinan institusi, surat edaran, dan
sebagainya.
c. Dukungan
Masyarakat
Dukungan masyarakat
berarti diterimanya suatu program oleh masyarakat. Program kesehatan apapun hendaknya
memperoleh dukungan dari sasaran utama program tersebut. Oleh sebab itu,
apabila suatu program kesehatan telah memperoleh komitmen dan dukungan
kebijakan, maka selanjutnya perlu mensosialisasikan program tersebut untuk
memperoleh dukungan masyarakat. Untuk sosialisasi program ini, maka dibutuhkan
tenaga kesehatan yang memiliki kemampuan advokasi.
d. Dukungan
Sistem
Agar suatu program
berjalan baik, maka perlu adanya sistem, mekanisme, atau prosedur kerja yang
jelas yang mendukungnya. Oleh sebab itu, sistem kerja atau organisasi kerja
yang melibatkan kesehatan perlu dikembangkan.
Semua sektor
pembangunan yang mempunyai dampak terhadap kesehatan, harus memasukkan atau
mempunyai unit atau sistem yang menangani masalah kesehatan di dalam struktur
organisasinya. Unit ini secara internal menangani masalah-masalah kesehatan
yang dihadapi oleh karyawannya, secara eksternal mengatasi dampak institusi
tersebut terhadap kesehatan masyarakat.
Dalam mengembangkan
organisasi atau sistem kerja, suatu institusi terutama yang mempunyai dampaik
terhadap kesehatan harus mempertimbangkan adanya unit kesehatan tersebut.
Terwujudnya unit kesehatan di dalam suatu organisasi kerja di industri-industri
atau institusi kerja tersebut memerlukan pendekatan advokasi oleh sektor
kesehatan di semua tingkat.
2.3
Kegiatan-Kegiatan
Advokasi
a) Lobi
Politik
Lobi adalah
berbincang-bincang secara informal dengan para pejabat untuk menginformasikan
dan membahas masalah dan program kesehatan yang akan dilaksanakan. Tahap
pertama yaitu, petugas kesehatan menyampaikan keseriusan masalah kesehatan yang
dihadapi di wilayah kerjanya, dan dampaknya terhadap kehidupan masyarakat.
Kemudian disampaikan alternatif terbaik untuk memecahkan atau menanggulangi
masalah tersebut. Dalam lobi ini perlu dibawa atau ditunjukkan data yang akurat
tentang masalah kesehatan tersebut kepada pejabat yang bersangkutan.
b) Seminar
atau Presentasi
Seminar atau presentasi
yang dihadiri oleh para pejabat lintas program dan lintas sektoral. Petugas
kesehatan menyajikan masalah kesehatan di wilayah kerjanya, lengkap dengan
data dan ilustrasi yang menarik serta
rencana program pemecahannya. Kemudian masalah tersebut dibahas bersama-sama,
yang akhirnya diharapkan akan diperoleh komitmen dan dukungan terhadap program
yang akan dilaksanakan tersebut.
c) Media
Advokasi media adalah
melakukan kegiatan advokasi dengan menggunakan media, khususnya media massa.
Melalui media cetak atau media elektronik, permasalahan kesehatan disajikan
baik dalam bentuk lisan, artikel, berita, diskusi, penyampaian pendapat, dan
sebagainya.
d) Perkumpulan
Asosiasi atau perkumpulan
orang-orang yang mempunyai minat atau keterkaitan terhadap masalah tertentu
atau perkumpulan profesi adalah juga merupakan bentuk advokasi.
2.4
Argumentasi
untuk Advokasi
Secara sederhana advokasi adalah kegiatan untuk
meyakinkan para penentu kebijakan atau para pembuat keputusan sehingga mereka
memberi dukungan, baik kebijakan, fasilitias maupun dana terhadap program yang
ditawarkan. Berhasil atau tidak advokasi dipengaruhi oleh kuat atau tidaknya
argumentasi.
Beberapa
hal yang dapat memperkuat argumentasi dalam advokasi.
a. Meyakinkan
Program yang ditawarkan
atau ajukan itu harus meyakinkan para penentu kebijakan atau pembuat keputusan.
Agar program tersebut dapat meyakinkan harus didukung dengan data, dan sumber
yang dapat dipercaya.
b. Layak
Program yang diajukan
tersebut, baik secara teknik, politik, maupun ekonomi, dimungkinkan atau layak.
Layak secara teknik berarti program tersebut dapat dilaksanakan, petugas
mempunyai kemampuan yang cukup, sarana dan prasarana pendukung tersedia. Layak
secara politik berartu program tersebut tidak akan membawa dampak politik pada
masyarakat. Sedangkan layak ekonomi artinya didukung oleh dana yang cukup, dan
apabila program tersebut adalah program pelayanan, masyarakat mampu
membayarnya.
c. Relevan
Program yang diajukan
harus mencakup 2 kriteria, yakni : memenuhi kebutuhan masyarakat dan
benar-benar dapat memecahkan masalah yang dirasakan masyarakat.
d. Penting
Program yang diajukan
tersebut harus mempunyai urgensi yang tinggi dan harus segera dilaksanakan.
Oleh karena itu. Program alternatif yang diajukan adalah yang paling baik dan
di antara alternatif-alternatif yang lain.
e. Prioritas
tinggi
Program yang diajukan
harus mempunyai prioritas yang tinggi sehingga dibutuhkan analisis yang cermat.
2.5 Komunikasi
dalam Advokasi
Keberhasilan dalam advokasi sangat ditentukan oleh
efektivitas komunikasi para petugas kesehatan dan para pembuat kebijakan .
untuk menghasilkan komunikasi yang efektif diperlukan prakondisi, yaitu :
a. Atraksi
interpersonal
Atraksi interpersonal
adalah daya tarik seseorang atau sikap positif pada seseorang yang memudahkan
orang lain untuk berhubungan atau berkomunikasi dengannya. Atraksi interpersonal
ditentukan oleh beberapa faktor, yaitu
- Daya tarik
Daya tarik sangat
ditentukan oleh sikap dan perilaku orang terhadap orang lain.
-
Percaya diri
Merupakan suatu
perasaan bahwa seseorang mempunyai kemampuan atau menguasai ilmu atau pengalaman di bidangnya.
-
Kemampuan
Hal ini berkaitan
dengan percaya diri. Orang yang melakukan tugas-tugasnya, ia akan lebih percaya
diri.
-
Familiar
Petugas kesehatan yang
sering muncul atau hadir dalam event tertentu akan lebih familiar. Oleh sebab
itu, apabila akan melakukan lobbying dalam rangka advokasi akan mudah diterima
daripada pejabat yang jarang muncul di pertemuan-pertemuan tersebut.
-
Kedekatan
Menjalin hubungan baik
dengan para pejabat sebagai faktor penting untuk melakukan advokasi. Komunikasi
interpersonal akan lebih efektif bila dilakukan dengan orang-orang yang dekat
dengan kita.
b. Perhatian
Berdasarkan teori
psikologis, ada dua faktor yang mempengaruhi perhatian seseorang, yakni faktor
internal dan faktor eksternal. Faktor internal
adalah faktor yang berasal dari dalam diri orang itu sendiri. Faktor
internal terdiri dari faktor biologis, dan faktor sosio-psikologis. Oleh sebab
itu, dalam melakukan advokasi dengan para pejabat kita harus melaluinya dengan
hal-hal yang berkaitan dengan minat, kebiasaan, atau kebutuhan mereka.
c. Intensitas
Komunikasi
Pesan atau informasi
yang akan disampaikan melalui proses komunikasi advokasi adalah program-program
kesehatan yang akan dimintakan komitmen atau dukungannya dari pembuat
kebijakan. Dalam komunikasi, pesan adalah faktor eksternal yang menarik
perhatian komunikan. Hal-hal yang menarik perhatian biasanya adalah sesuatu
yang mempunyai sifat menonjol atau memiliki intensitas tinggi.
d. Visualisasi
Informasi atau pesan
yang menarik perlu divisualisasikan dalam media, khususnya media interpersonal.
Media interpersonal yang paling efektif dalam rangka komunikasi advokasi adalah
flip chard, booklet, slide atau video cassette. Pesan tersebut didasari
fakta-fakta yang diilustrasikan melalui grafik, tabel, gambar dan atau foto.
2.6
Indikator
Hasil Advokasi
Advokasi sebagai suatu kegiatan, sudah tentu
mempunyai masukan (input) – proses –
keluaran (output). Oleh sebab itu
apabila kita akan menilai keberhasilan advokasi, maka kita harus memperhatikan
tiga hal tersebut.
a. Input
Input untuk kegiatan
advokasi yang paling utama adalah orang yang akan melakukan advokasi dan
bahan-bahan yakni data atau informasi yang membantu atau mendukung argument
dalam advokasi. Indikator untuk mengevaluasi advokasi, yaitu :
- Berapa kali petugas kesehatan, terutama
para pejabat, telah mengikuti pelatihan tentang komunikasi, advokasi, dll.
- Sebagai institusi, dinas kesehatan baik
tingkat provinsi maupun kabupaten, mempunyai kewajiban untuk memfasilitasi para
petugas kesehatan dengan kemampuan advokasi melalui pelatihan-pelatihan.
- Hasil-hasil studi, atau laporan yang
menghasilkan data, diolah menjadi informasi dan di analisis menjadi evidence. Evidence ini yang kemudian
akan dikemas dalam media khusus dan digunakan sebagai alat bantu untuk
memperkuat argumentasi kita kepada para penentu kebijakan .
b. Proses
Proses advokasi adalah
kegiatan untuk melakukan advokasi, oleh sebab itu evaluasi proses advokasi
harus sesuai dengan kegiatan advokasi. Indikator proses advokasi :
- Berapa kali melakukan lobying dalam
rangka memperoleh dukungan dan komitmen kebijakan terhadap program kesehatan.
- Berapa kali menghadiri pertemuan yang
membahas masalah dan program-program yang membangun termasuk program kesehatan
di daerahnya.
- Berapa kali seminar atau lokakarya
tentang masalah dan program-program kesehatan diadakan, dan mengundang sector
pembangunan yang terkait.
- Berapa kali pejabat kesehatan menghadiri
seminar atau lokakarya yang diadakan oleh sector lain.
- Seberapa sering media local termasuk
media elektronik membahas atau mengeluarkan artikel tentang kesehatan atau
pembangunan yang terkait dengan masalah kesehatan.
c. Output
Keluaran atau output
advokasi sector kesehatan, dapat diklasifikasikan dalam dua bentuk, yakni
output dalam bentuk perangkat lunak dan output dalam bentuk perangkat keras.
Indikator output dalam
perangkat lunak adalah peraturan-peraturan atau undang-undang sebagai bentuk
kebijakan atau perwujudan dari komitmen terhadap program kesehatan, misalnya :
-
Undang-undang
-
Peraturan permerintah
-
Keputusan presiden
-
Keputusan menteri
-
Peraturan daerah
-
Surat keputusan gubernur, bupati, atau
camat.
Sedangkan
indikator output dalam bentuk perangkat keras, antara lain:
-
Meningkatnya dana atau anggaran untuk
pembangunan kesehatan.
- Tersedianya atau dibangunnya fasilitas
atau sarana pelayanan kesehatan seperti rumah sakit, puskesmas, poliklinik, dan
sebagainya.
- Dibangunnya atau tersedianya sarana dan
prasarana kesehatan, misalnya air bersih, jamban keluarga, jamban umum, tempat
sampah, dan sebagainya.
- Dilengkapi peralatan kesehatan, seperti
laboratorium, peralatan pemeriksaan fisik, dan sebagainya.
2.7
Pendekatan
Advokasi
Ada 5
pendekatan utama dalam advokasi (UNFPA dan BKKBN 2002) yaitu:
a. Melibatkan para pemimpin
Para pembuat undang-undang,mereka yang terlibatdalam penyusunan
hukum, peraturan maupun pemimpin poilitik, yaitu mereka yang menetapkan
kebijakan publik sangat berpengaruh dalam menciptakan perubahan yang terkait
dengan masalah sosial termaksud kesehatan dan kependudukan. Oleh karena itu,
sangat penting melibatkan mereka semaksimum mungkin dalam isu yang akan
diadvokasikan.
b. Bekerja dengan media massa
Media massa sangat penting berperan dalam membentuk oponi
publik. Media juga sangat kuat dalam mempengaruhi presepsi publik atas isu atau
masalah tertentu. Mengenal, membangun
dan menjaga kemitraan dengan media massa sangat penting dalam proses advokasi.
c. Membangun kemitraan
Dalam upaya advokasi sangat penting dilakukan upaya
jaringan, kemitraan yang brekelanjutan dengan individu, organisasi-organisasi
dan sektor lain yang bergerak dalam isu yang sama. Kemitraan ini dibentuk oleh
individu, kelompok yang bekerja sama yang bertujuan untuk mencapai tujun umum
yang sama atau hampir sama. Namum membangun pengembangan kemitraan tidak mudah,
memerlukan aktual, perencanaan yang matang serta memerlukan penilaian kebutuhan
serta minat dari calon mitra.
d. Memobilisasi massa
Memobilisasi massa merupakan suatu proses mengorganisasikan
individu yang telah termotivasi ke dalam kelompok-kelompok atau
mengorganisasikan kelompok yang sudah ada. Dengan mobilisasi dimaksudkan agar
motivasi individu dapat diubah menjadi tindakan kolektif.
e. Membangun kapasitas
Membangun kapasitas disini dimasudkan melembagakan kemampuan
untuk mengembangkan dan mengelolah program yang komprehensif dan
membangun kritical massa pendukukung yang memiliki keterampilan advokasi.
Kelompok ini dapat diidentifikasikan dari LSM tertentu,kelompok profesi serta
kelompok lain.
2.8
Strategi
Advokasi
Strategi advokasi di dalam pemberdayaan masyarakat
dapat kita bagi dalam tiga strategi yaitu sebagai berikut:
a. Strategi
mikro
Yaitu penghubung sosial
masyarakat atau penghubung klien dengan sumber-sumber di lingkungan sekitar.
Adapun teknik yang dapat dilakukan adalah menjalin relasi kerjasama dengan
profesi-profesi kunci, membangun kontak-kontak antara klien dengan lembaga-lembaga
pelayanan sosial, mempelajari kebijakan-kebijakan dan syarat-syarat serta
proses pemanfaatan sumber daya yang ada di dalam masyarakat.
b. Strategi
mezzo
Yaitu mediator,
maksudnya disini adalah mewakili dan mendampingi kelompok-kelompok formal atau
organisasi guna mengidentifikasi masalah sosial yang dihadapi secara bersama
dalam merumuskan tujuan, mendiskusi solusi-solusi secara potensial, monitoring
dan mengevaluasi rencana aksi. Teknik yang dapat dilakukan, antara lain,
bersikap netral, tidak memihak, dan pada saat bersamaan percaya bahwa kerjasama
yang dibuat dapat berjalan serta mendatangkan manfaat. Kemudian memfasilitasi
pertukaran informasi secara terbuka di antara pihak yang terlibat,
mengidentifikasi manfaat kerjasama yang timbul, menggali kesaman-kesamaan yang
dimiliki oleh pihak terlibat konflik, mendefinisikan, mengkonfrontasikan dan
menangani berbagai hambatan komunikasi.
c. Strategi
makro
Yaitu sebagai aktivis
dan analis kebijakan. Advokasi berperan sebagai aktivis sosial, maka harus terlibat
langsung dalam gerakan perubahan sosial dan aksi sosial bersama masyarakat.
Wujud riil dari peran sebagai aktivis sosial adalah meningkatkan kesadaran
publik terhadap masalah sosial, ketidak-adilan, memobilisasi sumber daya
masyarakat untuk merubah kondisi-kondisi yang buruk dan tidak adil, melakukan
lobi dan negosiasi agar terjadi perubahan di bidang hukum, termasuk melakukan
class action.
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Advokasi
adalah kombinasi antara pendekatan atau kegiatan individu dan sosial untuk
memperoleh komitmen politik, dukungan kebijakan, penerimaan sosial, dan adanya
sistem yang mendukung terhadap suatu program atau kegiatan.
Dalam advokasi diperlukan pendekatan dan strategi
advokasi. Berikut adalah pendekatan dalam advokasi, yaitu :
a. Melibatkan para pemimpin
b. Bekerja dengan media massa
c. Membangun kemitraan
d. Memobilisasi massa
e. Membangun kapasitas
Sedangkan
strategi yang digunakan dapat berupa, strategi mikro, strategi mezzo dan
strategi makro.
3.2 Kritik dan Saran
Sebaiknya makalah ini dilengkapi
dengan materi-materi lainnya yang dapat menunjang benar tidaknya informasi
tentang advokasi khususnya dalam pendekatan dan strategi advokasi.
Daftar Pustaka
Notoatmojo
Soekidjo. 2007. Promosi Kesehatan dan
Ilmu Perilaku. Jakarta : Rineka Cipta.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar