A. Ruang
Lingkup Lingkungan
Lingkungan
adalah ruang lingkup hidup manusia yang terdiri atas lingkungan biotik dan
lingkungan abiotik. Lingkungan biotik antara lain, manusia, binatang, dan
tumbuh-tumbuhan. Menurut UU RI No. 23 tahun 1997 tentang pengelolaan lingkungan
hidup pasal 1 ayat (1) dalam Ricki M. Mulia, 2005 : “lingkungan hidup adalah
kesatuan ruangan dengan semua benda daya keadaan da makhluk hidup termasuk
manusia dan perilakunya, yang mempengaruhi langsung perikehidupan dan
kesejahteraan manusia serta makhluk hidup lainnya”. Sedangkan lingkungan
abiotik adalah segala sesuatu yang dikenal dengan lingkungan fisik seperti,
air, udara, dan tanah.
Menurut
Notoatmojo (1996), kesehatan lingkungan pada hakikatnya adalah suatu kondisi
atau keadaan lingkungan yang optimum sehingga berpengaruh positif terhadap
terwujudnya status kesehatan yang optimum pula. Hal ini berbeda dengan apa yang
dikemukakan Moeller (1992), bahwa kesehatan lingkungan adalah bagian dari
kesehatan masyarakat yang memberi pengertian pada penilaian, pemahaman, dan
pengendalian dampak manusia pada lingkungan dan dampak lingkungan pada manusia.
Berbicara
mengenai lingkungan sering kali kita meninjau dari kondisi fisik. Lingkungan
yang memiliki kondisi sanitasi buruk dapat menjadi sumber berkembangnya
penyakit. Hal ini jelas membahayakan kesehatan masyarakat kita. Terjadinya
penumpukan sampah yang tidak dapat dikelola dengan baik, polusi udara, air dan
tanah juga dapat menjadi penyebab. Contohnya, akses terhadap air bersih, jamban/ tempat BAB, sampah, polusi, sanitasi tempat umum, Bahan
Beracun Berbahaya (B3), kebersihan TPU
(Tempat Pelayanan Umum).
B.
Analisis
derajat ( masalah ) kesehatan
Sehat dapat mencakup pengertian yang sangat luas,
yaitu bukan saja sehat dalam arti bebas dari penyakit tetapi termasuk juga
tercapainya kesejahteraan fisik, sosial dan mental.
Untuk menilai suatu kondisi kesehatan digunakan indikator-indikator yang merupakan kesepakatan mengenai kuantifikasi fenomena kesehatan yang terjadi di masyarakat. Indikator keadaan kesehatan dapat dibandingkan dengan standar pelayanan kesehatan, cakupan, target program kesehatan di daerahnya (puskesmas, kabupaten, propinsi, nasional) atau dibandingkan dengan daerah lain serta dapat dianalisa kejadian dari waktu ke waktu (trend / kecenderungan).
Untuk menilai suatu kondisi kesehatan digunakan indikator-indikator yang merupakan kesepakatan mengenai kuantifikasi fenomena kesehatan yang terjadi di masyarakat. Indikator keadaan kesehatan dapat dibandingkan dengan standar pelayanan kesehatan, cakupan, target program kesehatan di daerahnya (puskesmas, kabupaten, propinsi, nasional) atau dibandingkan dengan daerah lain serta dapat dianalisa kejadian dari waktu ke waktu (trend / kecenderungan).
Analisa derajat kesehatan akan
menjelaskan masalah kesehatan apa yang dihadapi . Analisis
ini akan menghasilkan ukuran-ukuran derajat kesehatan secara kuantitatif,
penyebaran masalah menurut kelompok umur penduduk, menurut tempat dan waktu .
Dalam menganalisis masalah kesehatan diperlukan kemampuan untuk
mengaplikasikan metode dan konsep epidemiologi, sebab pada dasarnya
ukuran-ukuran yang digunakan dalam menggambarkan masalah atau derajat kesehatan
adalah ukuran-ukuran epidemiologi seperti morbiditas (angka kesakitan) dan
mortalitas (angka kematian).
1.
Mortalitas
Mortalitas adalah ukuran jumlah kematian (umumnya, atau karena akibat yang
spesifik) pada suatu populasi.
2.
Morbiditas
Morbiditas merupakan derajat sakit, cedera atau gangguan pada suatu populasi.
Morbiditas juga merupakan suatu penyimpangan dari status sehat dan sejahtera
atau keberadaan suatu kondisi sakit. Morbiditas juga mengacu pada angka
kesakitan, yaitu jumlah orang yang sakit dibandingkan dengan populasi tertentu
yang sering kali merupakan kelompok yang sehat atau kelompok yang beresiko.
Lingkungan
memiliki pengaruh yang dan peranan terbesar. Lingkungan sangat bervariasi, umumnya digolongkan menjadi tiga kategori,
yaitu yang berhubungan dengan aspek fisik, biologis, dan sosial-ekonomi.
1. Lingkungan
fisik
Kinerja manusia dapat dipengaruhi oleh berbagai faktor, salah satunya
adalah faktor lingkungan fisik. Lingkungan fisik bisa berupa suhu, cuaca,
manusia lain, pemandangan, suara, bau, dan lain-lain. Yang semua aspek tersebut
besar kecilnya dapat mempengaruhi terjadinya penyakit dan tingkat kesehatan
masyarakat.
2.
Lingkungan biologis
Komponen yang termasuk dalam lingkungan biologis adalah sanitasi, kuman
penyakit, vektor, binatang tenak, dan lain-lain. Ada berbagai jenis indikator
dalam menganalisis lingkungan bilogis seperti akses terhadap air bersih, jumlah
jamban dan pembuangan sampah, keberadaan vektor penyakit. Tergantung dari jenis
datanya.
3.
Lingkungan sosial-ekonomi
Informasi mengenai keadaan sosial ekonomi masyarakat juga sangat bermanfaat
dalam menganalisis faktor lingkungan yang berpengaruh terhadap derajat
kesehatan. Tingkat
ekonomi masyarakat juga juga dapat menjadi indikator dari kemampuan masyarakat
untuk ikut menikmati pelayanan kesehatan. Adanya akses ke pelayanan kesehatan
saja belum dapat dijadikan jaminan bahwa mereka akan dapat pelayanan kesehatan
secara optimal.
Adapun
beberapa penyakit yang dapat disebabkan oleh lingkungan antara lain diare, demam berdarah, malaria, TBC,
cacar dan sebagainya.
Diare
Diare
adalah suatu penyakit yang biasanya ditandai dengan perut mulas, meningkatnya
frekuensi buang air bersih, dan konsentrasi tinja yang encer. Ada beberapa
penyebab seseorang terkena diare antara lain, Cyclospora cayetanensis, total kloriform (E.coli, E.aurescens), kolera, golongan virus dan patogen perut
lainnya.
Penularannya
bisa terjadi melalui jalan tinja mengontaminasi makanan secara langsung maupun
tidak langsung (melalui lalat). Untuk beberapa jenis bakteri, ternak merupakan
reservoir terpenting. Akan tetapi, secara umum manusia dapat juga menjadi
sumber penularan dari orang ke orang. Selain itu, makanan juga dapat
terkontaminasi oleh mikroorganisme patogen akibat lingkungan yang tidak sehat.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar