Penilaian
risiko kesehatan (Health Risk Assessment, disingkat HRA) merupakan langkah pertama sebelum seseorang
melakukan manajemen risiko kesehatan.Masukan informasi yang terekam dalam HRA,
dapat menunjukkan telah terjadi pemajanan oleh satu faktor risiko atau banyak
faktor risiko. Oleh karena dasar dari timbulnya risiko kesehatan adalah adanya
pemajanan (exposure) oleh satu
atau lebih faktor risiko. Maka faktor risiko harus dikenali (rekognized)
karakternya meliputi asal, jenis, intensitas, durasi, frequensi dan lama
pemajanan. Asal faktor risiko bisa dari
lingkungan kerja, pekerjaan, organisasi dan diri pekerja sendiri.
Faktor
risiko kesehatan adalah segala sesuatu yang memiliki potensi untuk menimbulkan
kerugian kesehatan pada pemajanan sesungguhnya. Sarat sesuatu untuk
disebut sebagai faktor risiko adalah a) secara logika biomedik memiliki potensi
untuk menimbulkan kerugian kesehatan, b) sejarah kesehatan merekam bukti
timbulnya efek kesehatan tertentu akibat pemajanan oleh faktor risiko tersebut.
Maka peranan kepustakaan sangat penting untuk menelusuri hubungan pemajanan dan
efek kesehatan dari faktor risiko tersebut.
Pengertian
pamajanan dalam ilmu Kesehatan Kerja mirip dengan dosis dalam ilmu kedokteran.
Dosis obat menunjukkan jumlah tertentu, misalnya 25 mg/kg berat badan per-hari
untuk pemberian sehari. Selanjutnya ada dosis mingguan dan ada dosis total hingga
hilang penyakit. Dalam ilmu kesehatan
kerja dipakai istilah pemajanan sebagai indikator dosis hingga timbul penyakit.
Ada pemajanan harian yang mengandung pengertian jumlah tertentu, yaitu konsentrasi.
atau intensitas.
Misal pemajanan harian adalah 20 batang rokok yang dihisap
rata-rata setiap hari. Jika dalam 10
tahun timbul penyakit jantung koroner pada 14 % pengisap rokok 20 batang
sehari, maka pemajanan total rokok untuk menimbulkan penyakit jantung koroner
tersebut dapat disebut sebagai 20 batang kali 10 tahun= 200 batang –tahun.
Sehingga
dalam ilmu kesehatan kerja dikenal Hukum Aksi Masa sebagai E= F i X t yang bersifat konstan.
Dimana E= efek kesehatan tertentu, misalnya penyakit
jantung koroner. Efek ini adalah fungsi dari intensitas(i) dan
waktu (t). Rumus ini penting dalam
aplikasi pencegahan penyakit. Dalam contoh teoritis tersebut diatas,
jika ingin agar penyakit jantung koroner tidak timbul dalam 10 tahun ke depan
pada 14 % perokok tadi, tetapi 200 tahun ke depan, maka pemajanan harian harus
direduksi menjadi 1 batang per-hari.
Siapa
yang bisa berumur 200 tahun? Maka dalam kesehatan kerja, penting sekali untuk
mereduksi intensitas pemajanan atau kalau mungkin meng-eliminasikannya. Perlu dicatat bahwa asap rokok juga faktor
risiko bagi timbulnya penyakit kanker. Sehingga reduksi intensitas rokok
saja masih membahayakan perokok maupun perokok pasif, karena timbulnya penyakit
kanker. Peran asap rokok telah tercatat menyebabkan 50 % kematian karena
penyakit degeneratif kronik terkait rokok, antara lain penyakit kardiovaskuler,
kanker, dan penyakit paru obstruktif kronik.
Untuk mencegah kanker, satu-satunya jalan adalah
intensitas pemajanan harus nol. Sebab
tidak ada nilai ambang batas bagi bahan karsinogenik macam asap rokok. Maka
satu-satunya jalan mencegah kanker bagi perokok adalah berhenti sama sekali
dari kebiasaan mengisap rokok. Dalam
satu tahun setelah berhenti merokok, risiko kanker tersisa 50 % , kemudian setelah 10 tahun risiko
menjadi sama dengan mereka yang tidak merokok.
Penilaian risiko kesehatan meliputi 4 langkah:
1)
Rekognisi
faktor risiko (asal, jenis, dan hubungan faktor risiko dengan efek kesehatan
menurut
kepustakaan berdasar studi manusia atau binatang. Bila tak ada dokumen kepustakaan,
perlukah
membuat studi sendiri?
2) Penilaian pemajanan (intensitas atau
konsentrasi dan lama waktu)
3) Penilaian hubungan pemajanan terhadap
insidensi
4) Sifat risiko (jenis risiko misalnya
riversible atau irrersible, besarnya
risiko, atau kenaikan risiko sebagai akibat pemajanan dan
diskusi
tentang hal-hal yang tak pasti dalam estimasi risiko tersebut diatas).
2.
Rekognisi faktor risiko
Karena penyakit kardiovascular adalah penyakit yang
memiliki faktor risiko banyak, maka untuk memberikan kemudahan mengenali faktor
risiko dimaksud, berikut disajikan sebuah kerangka konsep dimana setiap faktor
risiko diasumsikan sebagai variable bebas (independent variable).
Sebagai variable tergantung adalah kejadian kardiovaskuler yang didahului oleh
proses aterosklerosis pada endotel arteri.Variable tergantung lainnya adalah
kapasitas kerja fisik dan derajat kesehatan.
3.
Penilaian pemajanan.
Besarnya pemajanan dapat didekati dari indikator yang
disepakati dapat mewakili pemajanan. Walau umumnya dipakai konsentrasi atau
intensitas dan waktu, namun pada kondisi faktor risiko lain dipakai intensitas,
durasi dan frekuensi. Contoh indikator konsentrasi adalah kholesterol LDL dalam
darah dalam satuan mg/dl, gula darah puasa dalam satuan mg/dl. Contoh indikator
intensitas adalah tekanan darah dalam satuan tekanan mmHg.
Untuk faktor risiko gerak raga dinamik, digunakan indikator intensitas
gerak, durasi pada gerak dimaksud, dan frekuensi gerak perminggu.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar